Senin, 02 September 2013

Seni Tari Daerah Indonesia

Indonesia merupakan bangsa yang kaya akan budaya, terbukti dengan adanya beragam tari tradisional di setiap daerah di Indonesia. Banyak pula tarian Indonesia yang sukses go internasional karena sering tampil dalam acara kesenian internasional, misalnya tari Saman dari Aceh, tari Kecak dari Bali atau tari Giring-giring dari Kalimantan. Sebenarnya, apa yang dimaksud dengan tari tradisional?
Tari tradisional adalah gerakan anggota badan yang berirama, yang biasanya diiringi bunyi-bunyian, yang dilakukan secara turun temurun dan menjadi adat kebiasaan. Sejak zaman dahulu, nenek moyang kita sudah mencontohkan bagaimana menyampaikan pesan atau nasihat tidak hanya lewat kata-kata, tetapi juga bisa melalui nyanyian ataupun tarian. Kita dalam mempelajari tari tradisional seperti sedang menjelajah waktu ke masa lampau. Kita mencoba menyelami dan memahami jalan pikiran nenek moyang kita tentang bagaimana mereka memaknai kehidupan.
Dilihat dari fungsinya, tari tradisional bisa dibedakan menjadi beberapa bagian. Diantaranya : 

1.      Sebagai sarana upacara
Ciri-ciri gerakan tari tradisional sebagai sarana upacara adalah iringan musik dan gerakan tarian yang berulang-ulang atau monoton. Tarian dilakukan secara berkelompok dan biasanya bersifat magis, religius dan sakral. Contoh tarian sebagai sarana upacara adalah :
a.       Tari Bedhaya Ketawang dari Surakarta. Tarian ini amat sakral dan hanya digelar sekali dalam setahun. Tarian ini ditujukan untuk menghormati raja-raja penerus dinasti Mataram.
b.      Tari Saman dari Aceh. 
      Tarian ini berasal dari Suku Gayo, Aceh. Tari Saman dipentaskan ketika ada peristiwa penting dalam adat. Menurut beberapa sumber, tarian tradisional ini diciptakan dan dikembangkan oleh seorang ulama di Gayo, Aceh Tenggara bernama Syekh Saman. Tari Saman masuk dalam daftar Representatif Budaya Takbenda Buatan Manusia dari UNESCO pada tanggal 24 November 2011 di Bali. Jadi kita patut bangga karena salah satu kesenian Indonesia diakui oleh dunia sebagai milik Indonesia sendiri.
c.       Tari Pendet dari Bali. 
   Tarian ini diperagakan di Pura sebagai bentuk pemujaan saat upacara keagamaan dilakukan. Tarian ini memiliki makna sambutan atas turunnya para dewa ke alam dunia. Hingga saat ini Tari Pendet telah diubah fungsinya oleh para seniman di Bali sebagai tarian Selamat Datang.
2.      Sebagai Sarana Hiburan
Tarian sebagai sarana hiburan tidak dipertontonkan di depan umum, melainkan hanya untuk kepuasan pribadi sehingga tarian ini tidak mementingkan keindahan. Umumnya tarian ini dilakukan berpasangan (laki-laki & perempuan) atau berkelompok. Berbeda dengan tarian sebagai sarana upacara yang bersifat sakral & religius, tarian ini bersifat gembira ria dan sederhana. Contoh tarian ini diantaranya :
a.       Tari Serampang Dua Belas.
   Tarian ini berasal dari Kesultanan Serdang. Biasanya tarian ini dimainkan secara berpasangan antara laki-laki dan perempuan. Tarian ini bercerita tentang kisah cinta muda-mudi yang direstui oleh orang tua dari kedua belah pihak dan berujung pada pernikahan. Awalnya, tarian ini bernama Tari Pulau Sari yang diciptakan oleh Sauti pada tahun 1940-an.
b.      Tari Tayub dari Jawa Tengah. Tarian ini diperagakan pada saat acara syukuran atau selamatan bagi pejabat pemerintah yang menerima jabatan baru atau mengemban tugas, misalnya pada saat acara wisuda atau keberangkatan seorang panglima ke medan perang.
c.       Tari Gandrung dari Banyuwangi.
    Gandrung dalam bahasa Jawa berarti tergila-gila atau cinta habis-habisan. Dalam tarian ini, seorang penari wanita profesional menari bersama para tamu (terutama pria) sambil diiringi musik atau gamelan. Tarian ini sangat terkenal di Banyuwangi. Bahkan kita bisa menemukan beberapa patung penari gandrung di berbagai sudut wilayah Banyuwangi. Itulah mengapa Banyuwangi dijuluki dengan sebutan Kota Gandrung.
d.      Tari Kethuk Tilu dari Jawa Barat. Istilah kethuk tilu berasal dari suara alat musik untuk mengiringi tarian tersebut yaitu bonang yang dipukul sebanyak 3 kali (dalam bahasa Sunda, 3 berarti tilu) sebagai acuan untuk alat musik pengiring lainnya. Tarian asli Jawa Barat ini merupakan sejenis tarian pergaulan atau hiburan. Biasanya tarian ini dipentaskan pada acara perkawinan atau acara-acara besar yang melibatkan orang banyak.
 3.      Sebagai Sarana Pertunjukkan
Tarian yang tergolong sebagai sarana pertunjukkan umumnya bersifat spontanitas dan inspiratif. Biasanya tarian ini dipertontonkan untuk memeriahkan suatu acara tertentu ataupun menyambut tamu. Gerakan-gerakan dalam tarian ini biasanya berupa atraksi-atraksi yang menarik perhatian penonton. Contoh tarian ini diantaranya :
a.       Tari Piring dari Sumatra Barat. 
     Tarian ini dinamakan Trai Piring atau juga “piriang” dalam bahasa Minangkabau karena para penarinya melenggak-lenggok sambil membawa piring dikedua telapak tangannya. Awalnya, tarian ini merupakan bentuk persembahan untuk para dewa pada musim panen. Setelah Islam masuk ke Minangkabau, tarian ini dipersembahkan pada saat acara-acara besar kerajaan.
b.      Tari Golek dari Yogyakarta.
   Awal mula tarian ini bermula saat Sultan Hamengkubuwono IX sedang menyaksikan seorang dalang memntaskan pertunjukan Wayang Golek Menak. Karena terkesan dengan pementasan tersebut, kemudian Sultan mempunyai inisiatif untuk menampilkan Wayang Golek Menak tersebut ke dalam tarian. Penampilan perdana Wayang Golek dalam bentuk tarian ini dipentaskan pada tahun 1943 saat memperingati hari ulang tahun sultan.
c.       Tari Gambyong dari Surakarta. Nama tarian ini diambil dari nama seorang penari taledhek yang terkenal pada zaman Sultan Pakubuwono IV Surakarta. Pada zaman itu, Gambyong sangat dipuja, terutama oleh kaum pria, karena kelihaiannya menari dan menyanyi. Hingga saat ini, tarian ini umumnya dipertunjukkan untuk acara menyambut tau atau pada saat resepsi pernikahan. Penarinya sendiri adalah para gadis yang berwajah cantik.
d.      Tari Ngremo dari Jawa Timur. 
  Mulanya, tarian ini dipentaskan sebagai pengantar dalam pertunjukkan ludruk yang mengisahkan tentang perjuangan seorang pangeran di medan laga. Setelah sekian lama berkembang, akhirnya tarian ini dipertunjukkan secara terpisah dengan pertunjukkan ludruk sendiri dan tarian ini lebih banyak dimainkan oleh perempuan dan menciptakan gaya tarian baru yang disebut Ngremo gaya perempuan atau disebut juga Remo Putri. Tarian ini dipentaskan saat acara resmi kerajaan ataupun saat menyambut tamu.
Dilihat dari semakin berkembangnya tarian tradisional di Indonesia, ini membuktikan bahwa seni tarian tradisional selalu berusaha untuk tetap eksis sehingga tarian tersebut tidak akan dapat dilupakan oleh bangsanya sendiri. Masyarakat Indonesia, khususnya remaja, harus ikut mendukung dan melestarikan tarian tradisional yang sudah ada sejak dulu agar kesenian tradisional yang diwariskan oleh nenek moyang kita tetap lestari dan tidak hilang tertutup oleh munculnya tarian-tarian modern.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar